Senin, 07 November 2011

Makalah Pre-Eklamasi

PRE EKLAMPSI


A.    Definisi
            Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).
            Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg seminggu berapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000).

B.     Etiologi
            Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).









C.    Klasifikasi Pre-eklamsi
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
Pre-eklamsia ringan     :   kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90                          mmHg dengan 2 kali pengukuran berjarak 1jam atau                                  tekanan diastolik sampai 110mmHg.
                              :   kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau                        mencapai 140 mmHg.
                              :   protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
      Pre-eklampsia berat     :   tekanan diastolik >110 mmhg
                              :   protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L). hiperlefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran.

D.    Patologi
            Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.








E.     Perubahan-perubahan pada organ :
1.      Perubahan hati
a.       Perdarahan yang tidak teratur
b.      Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
c.       Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
2.      Retina
a.       Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
b.      Ablasio retina (lepasnya retina)
c.       Menyebabkan penglihatan kabur
3.      Otak
a.       Spasme  pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis
b.      Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4.      Paru-paru
a.       Berbagai tingkat edema
b.      Bronkopnemonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5.      Jantung
a.       Perubahan degenerasi lemak dan edema
b.      Perdarahan sub-endokardial
c.       Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung
6.      Aliran darah keplasenta
a.       Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin
b.      Spasme yang berlangsung lama, mengganggu  pertumbuhan janin
7.      Perubahan ginjal
a.       Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga fitrasi glomerolus berkurang
b.      Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam
c.       Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8.      Perubahan pembuluh darah
a.       Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan
b.      Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
c.       Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998).

F.     Gambaran Klinik Pre-Eklampsi
            Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut :
-          Sakit kepala terutama daerah frontal
-          Rasa nyeri daerah epigastrium
-          Gangguan penglihatan
-          Terdapat mual samapi muntah
-          Gangguan pernafasan sampai sianosis
-          Gangguan kesadaran

G.    Diagnosis
            Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil.pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis.
            Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1997).
 
H.    Pencegahan Pre-Eklamsia
            Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa  (teofilin, antihipertensi, diuretic, asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif … Media Aesculapius, Jakarta : 2000)

I.       Penanganan
            Tujuan utama penanganan ialah :
-          Pencegahan terjadi pre-eklamsia berat dan eklamsia
-          Melahirkan janin hidup
-          Melahirkan janin dengan trauma sekecil kecilnya.

Pada dasarnya penanganan terdiri dari penanganan medik dan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optoimal yaitu sebvelum janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklamsi di rumah sakit ialah
-          tekanan darah sistol 140 mmHg atau lebih  dan atau tekanan darah diastol 90 mmHg, protein +1 atau lebih.
-          Kenaikan berat badan 1,5 Kg atau lebih dalam seminggu berulang
-          Penambahan edema berlebihan tiba-tiba

Penanganan pre-eklamsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi untuk penanganan pre-eklamsia. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga elbih banyak. Tekanan pada ekstermitas bawah turun dan resobsi aliran darah tersebut bertambah. Selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan adema berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30mg sehari akan meningkatkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pada umunya pemberian diuretik dan anti hipertensi pada pre-eklamsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obatan tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklamsia berat.
Setelah keadaan normal, penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus dipaksa lebih sering. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi. Bila hipertensi menetap, penderita tetap tinggal dirumah sakit. Bila keadaan janin mengizinkan, tunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai persalinan cukup bulan atau > 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklamsia ringan tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
(Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998).




DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA

Yayasan Sarwono Prawihardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, JAKARTA

0 komentar:

Posting Komentar

 
Templated By : Maskolis
Redesigned And Developed By : Kurniawan Adalah Newbie
Copyright © 2012. CahyaCyber - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger